Besi Tuang
Besi Tuang
Besi tuang atau besi
cor (bahasa Inggris: cast
iron) adalah paduan besi-karbon dengan kandungan karbon lebih
dari 2%.[1] Paduan besi dengan kandungan karbon kurang dari
2% disebut sebagai baja. Unsur paduan utama yang membentuk
karakter besi tuang adalah karbon (C) antara 3-3,5% dan silikon (Si) antara 1,8-2,4%. Perbedaan kadar C dan Si
menyebabkan titik lebur besi tuang lebih rendah
dari baja, yakni sekitar 1.150 sampai 1.200 °C. Unsur paduan yang
terkandung didalamnya mempengaruhi warna patahannya; besi tuang putih
mengandung unsur karbida sedangkan besi tuang kelabu mengandung serpihan
grafit.
Besi tuang cenderung rapuh, kecuali besi tuang mampu tempa (malleable cast iron).
Dengan titik leleh relatif rendah, fluiditas yang baik, mampu tempa,
mampu mesin yang sangat baik, ketahanan terhadap deformasi dan ketahanan aus,
besi tuang telah menjadi bahan rekayasa dengan
berbagai aplikasi dan juga digunakan dalam pipa, mesin dan suku cadang industri otomotif, seperti
kepala silinder, blok silinder dan gearbox.
Artefak besi tuang tertua yang ditemukan arkeolog adalah
dari abad ke-5 SM di Jiangsu, Tiongkok. Di masa Tiongkok kuno, besi tuang digunakan untuk
alat perang, pertanian dan arsitektur.[2] Selama abad ke-15, besi tuang digunakan untuk
membuat artileri di Burgundy, Prancis dan di Inggris selama masa Reformasi.[3] Jembatan besi tuang pertama dibangun pada tahun
1770-an oleh Abraham Darby III yang dikenal sebagai Iron Bridge.
Besi tuang juga banyak digunakan dalam konstruksi bangunan.
Fabrikasi
Besi tuang dibuat dengan meleburkan kembali besi kasar (pig iron) hasil tanur tinggi dari
bijih besi, dan ditambah dengan besi tua, baja tua, batu kapur untuk membantu pembentukan terak (slag)
yang dapat mengikat kotoran sehingga memisahkannya dari besi cair, dan karbon (kokas) sebagai bahan bakar. Peleburan besi tuang biasanya
dilakukan dalam tanur tinggi jenis
khusus yang sering disebut kupola, tetapi dewasa ini banyak pabrik pengecoran menggunakan
tanur listrik jenis tanur induksi dan tanur busur listrik untuk
menggantikan kupola. Logam cair yang keluar dari kupola diangkut menggunakan
ladel.
Jenis
Besi tuang kelabu
Besi tuang kelabu (gray cast iron) mengandung
grafit berbentuk serpihan-serpihan tipis yang terbagi merata dalam seluruh
strukturnya, sehingga menyebabkan bidang patahannya berwarna kelabu. Besi tuang
jenis ini sering banyak dipakai karena biayanya yang murah dan mudah dituang
dalam jumlah besar. Komposisi kimia besi tuang jenis ini adalah 2,5-4% karbon
dan 1-3% silikon. Pada kadar karbon yang tinggi, besi tuang juga mempunyai
kadar silikon yang tinggi, dengan presentase sulfur dan mangan yang rendah.
Oleh sebab itu, pembentukan karbon bebas meningkat dan setelah didinginkan besi
tuang kelabu mengandung grafit. Besi tuang kelabu memiliki kekuatan tarik dan ketangguhan yang
lebih rendah dari baja, tetapi kekuatan tekannya setara
dengan baja karbon rendah dan sedang. Sifat mekanis tersebut dipengaruhi oleh
bentuk, ukuran dan distribusi serpihan grafit yang terdapat dalam struktur
mikro.[4]
Besi tuang putih
Besi tuang putih (white cast iron) memiliki bidang
patahan yang berwarna putih karena mengandung sejumlah besar sementit dengan kandungan karbon lebih dari 1,7%. Dengan
kandungan silikon yang rendah dan laju pendinginan yang cepat, maka setelah
didinginkan akan terbentuk fasa metastabil sementit, Fe3C. Karena
sementit bersifat keras dan getas, besi tuang putih memiliki kekerasan dan
ketahanan aus yang tinggi namun mampu mesin dan kekuatan tariknya rendah. Besi
tuang putih ini merupakan bahan baku untuk pembuatan besi tuang mampu tempa.
Besi tuang mampu tempa
Besi tuang mampu tempa (malleable cast iron)
merupakan besi tuang putih yang diberi perlakuan panas sampai
kurang lebih 900 °C. Perlakuan panas yang diterapkan pada besi tuang putih
umumnya adalah anil yang bertujuan untuk memisahkan karbida besi Fe3C
menjadi besi dan grafit. Secara umum, besi tuang ini memiliki sifat yang sama
seperti baja ringan. Besi tuang jenis ini memiliki
mampu tempa yang sangat baik, serta ketahanan terhadap beban kejut dan mampu
mesin yang baik sehingga banyak digunakan pada industri kereta api, otomotif,
sambungan pipa dan industri pertanian.
Besi tuang bernod/ mulur
Besi tuang nodular (nodular cast iron) memiliki
bentuk grafit yang bulat. Penambahan magnesium dan cerium (paduan Fe-Si-Mg) pada saat besi tuang dalam
keadaan cair menyebabkan grafit menjadi bulat (nodularisasi). Besi tuang
nodular mempunyai kekuatan, keuletan dan ketangguhan yang lebih baik
dibandingkan besi tuang kelabu, karena bentuk grafitnya yang bulat maka
konsentrasi regangannya menjadi lebih kecil.
Kualitas
komparatif besi tuang[5] |
|||||||
Nama |
Komposisi
nominal [% berat] |
Bentuk
dan kondisi |
Kekuatan
hasil [ksi (0.2% offset)] |
Kekuatan
tarik [ksi] |
Perpanjangan
[%] |
Kekerasan
[Brinell scale] |
Penggunaan |
Besi
cor kelabu (ASTM A48) |
C 3.4,
Si 1.8, Mn 0.5 |
Cast |
— |
50 |
0.5 |
260 |
Blok
silinder mesin, roda gila, kotak roda gigi, alas alat mesin |
Besi
cor putih |
C 3.4,
Si 0.7, Mn 0.6 |
Cast
(as cast) |
— |
25 |
0 |
450 |
Permukaan
bantalan bearing |
Besi
lunak (ASTM A47) |
C 2.5,
Si 1.0, Mn 0.55 |
Cast
(annealed) |
33 |
52 |
12 |
130 |
Bantalan
bearing gandar, roda track, poros engkol otomotif |
Besi
ulet atau nodular |
C 3.4,
P 0.1, Mn 0.4, Ni 1.0, Mg 0.06 |
Cast |
53 |
70 |
18 |
170 |
Roda
gigi, poros bubungan, poros engkol |
Besi
ulet atau nodular (ASTM A339) |
— |
Cast
(quench tempered) |
108 |
135 |
5 |
310 |
— |
Ni-keras
tipe 2 |
C 2.7,
Si 0.6, Mn 0.5, Ni 4.5, Cr 2.0 |
Sand-cast |
— |
55 |
— |
550 |
Aplikasi
kekuatan tinggi |
Ni-resist
tipe 2 |
C 3.0,
Si 2.0, Mn 1.0, Ni 20.0, Cr 2.5 |
Cast |
— |
27 |
2 |
140 |
Ketahanan
terhadap panas dan korosi |
Komentar
Posting Komentar