HEIJUNKA
Heijunka dalam Penjadwalan Produksi

Ohno
(1988) : “The slower but consistent tortoise causes less waste and is much
more desirable than the speedy hare that races ahead and then stops
occasionally to doze” (Liker, 2004, Chap.10)
Keunggulan filosofi Jepang diumpamakan
seperti perlombaan antara kelinci dan kura-kura. Ohno membuat cerita: kura-kura
yang lamban namun konsisten mengakibatkan lebih sedikit pemborosan dan jauh
lebih diinginkan daripada kelinci yang cepat dan unggul dalam perlombaan dan
kemudian berhenti karena adakalanya mengantuk (Liker, 2004, chap. 10).
Ini merupakan suatu ilustrasi prinsip
pemerataan (leveling) di mana beban kerja diratakan demi kesinambungan
(konsistensi kura-kura) dengan tanpa melihat variasi pesanan (kecepatan
kelinci). Ohno kemudian melanjutkan ceritanya bahwa Toyota Production
System (TPS) hanya dapat direalisasikan jika semua orang menjadi
kura-kura yang lamban dan mantap daripada lari cepat dan tersentak-sentak
seperti kelinci, seperti pada sistem produksi tradisional.
Tujuan TPS adalah membangun sistem yang
ramping (lean), hal itu dapat diusahakan dengan memproduksi barang tepat
ketika diinginkan pelanggan, just-in-time (JIT)! Namun,
permintaan pada kenyataannya sangat sulit diprediksi dan pesanan aktual umumnya
bervariasi dari waktu ke waktu. Misal kita membuat produk karena adanya pesanan
dan jumlah pesanan tersebut besar, mungkin kita membuat produk dengan jumlah
yang besar untuk satu periode yang menyebabkan pekerja dan peralatan harus
bekerja keras dan berakibat pada tingginya risiko. Kemudian pada periode
berikutnya, jumlah pesanan kecil maka pekerjaan menjadi sedikit dan peralatan
menjadi kurang bermanfaat (underutilized). Kita juga tidak tahu berapa
banyak material yang harus dipesan sehingga terpaksa harus menumpuk material.
Produksi berdasarkan pesanan tidak menjamin
suatu sistem yang ramping. Seperti uraian di atas, cara tersebut justru
menimbulkan kondisi yang tidak teratur (mura) yang akhirnya memunculkan
beberapa pemborosan atau “muda” (e.g. lembur, persediaan, biaya ekspres
pasokan/ pengiriman, stress pekerja, dll.). TPS menyiasati hal tersebut dengan
meratakan beban dan tidak selalu memproduksi berdasarkan pesanan. Konsep ini
dikenal sebagai heijunka; yang berdasarkan uraian di atas, dapat
diartikan sebagai distribusi pemerataan volume produksi dan baurannya.
Dalam bahasa Inggris, heijunka memiliki
dua arti berbeda, tetapi saling berhubungan. Yang pertama adalah: leveling
of production by volume yang berarti perataan volume atau jadwal
produksi, selanjutnya dalam bahasan ini akan disebut production
leveling. Dan kedua, leveling production by product type or mix yang
berarti perataan tipe atau bauran produk dalam jadwal produksi, selanjutnya
dalam bahasan ini akan disebut product leveling. Hubungan keduanya
dapat tergambar pada penjelasan teknis masing-masing, yang akan dibahas pada
bab selanjutnya.
Komentar
Posting Komentar