Definisi OEE
Definisi OEE
(Overall Equipment Effectiveness

Overall Equipment Effectiveness atau disingkat OEE adalah standar untuk mengukur produktivitas sebuah manufaktur. OEE berguna untuk mengidentifikasi persentase waktu produksi yang benar-benar produktif. Setiap hasil pengukuran persentase OEE menunjukkan kondisi sebuah manufaktur.
· 1. Skor
OEE 100% menunjukkan produksi yang sempurna: hanya memproduksi barang yang
berkualitas bagus, secepat mungkin, dan tanpa ada waktu henti.
· 2. Skor
OEE 85% dianggap sebagai standar skor dunia. Bagi banyak perusahaan, nilai ini
menjadi tujuan jangka panjang perusahaan.
· 3. Skor
OEE 60% merupakan nilai yang umum di kondisi perusahaan manufaktur di dunia.
Namun nilai ini menunjukkan bahwa ada ruang yang cukup besar untuk perbaikan.
· 4. Skor
OEE 40% merupakan nilai yang umum ditemui di perusahaan manufaktur yang baru
mulai melacak dan meningkatkan kinerja shop floor mereka. Nilai ini
merupakan nilai yang sangat rendah. Dalam banyak kasus, nilai ini dapat dengan
mudah ditingkatkan misalnya melalui dengan melacak downtime reason dan
mengatasi sumber penyebabnya.
Bagaimana cara menghitung OEE?
OEE dihitung dengan melihat 3 faktor yaitu Availability,
Performance dan Quality
Availability (Ketersediaan)
Availability
memperhitungkan availability loss atau kerugian ketersediaan, yang
mencakup semua peristiwa yang menyebabkan berhentinya proses produksi untuk
jangka waktu yang cukup lama (biasanya beberapa menit atau lebih lama). Yang
termasuk availability loss yaitu semua waktu henti baik yang direncanakan
(seperti waktu maintenance atau changeover) maupun yang tidak
direncanakan (seperti machine failure dan kekurangan material).
Performance (Performa)
Performance memperhitungkan
performance loss atau kerugian performa yang mencakup yang mencakup
semua faktor yang menyebabkan aset produksi beroperasi kurang dari kecepatan
maksimum yang biasa terjadi saat memproduksi sebuah barang.
Quality (Kualitas)
Quality memperhitungkan
semua bagian barang yang diproduksi yang tidak memenuhi standar kualitas,
termasuk bagian yang memerlukan pengerjaan ulang. Jadi apabila sebuah barang
memerlukan pengerjaan ulang dan kemudian baru sesuai dengan standar kualitas,
barang tersebut tidak dihitung sebagai barang yang memenuhi standar kualitas.
Konsep ini serupa dengan konsep first pass yield.
Komentar
Posting Komentar