CACAT PRODUK (WASTE)
CACAT PRODUK

Defect dimaknai
sebagai produk yang dibuat tidak memenuhi spesifikasi sehingga menyebabkan
dilakukannya rework (pengerjaan ulang), scrap, delay produksi,
perlunya dilakukan investigasi, dan lain sebagainya. Pemborosan ini dapat
disebabkan oleh ketidaksempurnaan produk dan kurangnya tenaga kerja pada saat
proses berjalan. Sebagai contoh, kasus cacat produksi yang terjadi pada
perusahaan AMDK (air minum dalam kemasan), jika dijumpai produk yang kotor,
maka akan dilakukan penarikan minimal terhadap produk yang diproduksi bersama
dalam satu batch produksi.
Cacat
produksi dapat berakibat pada:
- operator
pada proses produksi selanjutnya harus menunggu
- bertambahnya
biaya produksi
- memperpanjang lead
time
- perlu
kerja tambahan untuk membongkar dan mereparasi produk
- terganggunya
jadwal produksi
Selain
kerugian tenaga, waktu dan biaya (ongkos penarikan, biaya proses produksi yang
telah dikeluarkan, serta kerugian kemasan yang tak terbuang), akibat dari cacat
ini akan lebih buruk lagi jika ditemukan oleh pelanggan karena bukan hanya
ongkos garansi dan tambahan ongkos kirim saja yang harus ditanggung oleh
perusahaan, namun juga pengorbanan berupa citra perusahaan yang dapat
tercoreng, peluang bisnis masa mendatang dan pangsa pasar yang menyusut.
Sebagai contoh dari defect ini adalah berbagai kasus penarikan
mobil merek-merek tertentu yang kadang terjadi di Amerika dan Eropa. Akibat
dari penarikan mobil ini, tentu akan berakibat terhadap mundurnya jadwal
produksi mobil baru, karena fokus pekerja terbagi kepada penanganan mobil yang
cacat tersebut untuk pengerjaan ulang, yang tentunya akan berakibat panjang
kepada proses-proses selanjutnya atau proses-proses yang terkait. Pengaruh yang
pasti adalah munculnya biaya pengerjaan ulang yang pasti tidak sedikit, serta
menurunnya kepercayaan pelanggan terhadap produk perusahaan tersebut. Ibarat
kata pepatah, “memperbaiki selalu lebih sulit daripada membuat produk yang
baru”, maka hal-hal tersebut sebenarnya tidak perlu terjadi andai saja
perusahaan melakukan perencanaan pekerjaan secara teliti dari awal, sehingga
perusahaan tidak perlu kehilangan waktu, tenaga dan juga uang untuk proses
penarikan, pengerjaan ulang hingga pengiriman kembali produk tersebut kepada
konsumen, belum lagi ditambah dengan uang kompensasi sebagai ganti rugi bagi
pelanggan atas ditariknya produk tersebut.
Tindakan
yang dapat dilakukan untuk menghilangkan defect diantaranya
adalah ketepatan setingan pada mesin produksi, sehingga dapat mengurangi defect,
serta perlunya penyesuaian jumlah karyawan pada saat proses produksi.
Ketujuh
pemborosan tersebut diatas selalu ada dalam setiap industri, apakah itu
industri manufaktur, ataukah industri jasa, tambang, dsb. Menerapkan Lean
Manufacturing merupakan cara paling efisien dalam mengurangi (atau
bahkan menghilangkan) ketujuh pemborosan tersebut.
Menurut
Prof.Yasuhiro Monden,Ph.D, pemborosan utama dalam perusahaan
manufaktur adalah adanya sumber daya produksi
yang terlalu banyak, yaitu tenaga kerja
yang terlalu banyak, fasilitas yang terlalu
banyak dan persediaan bahan baku yang
terlalu banyak. Apabila unsur-unsur ini terdapat dalam jumlah yang lebih banyak
daripada yang diperlukan, baik orang,
perlengkapan, bahan ataupun produk, mereka hanya akan menambah
biaya dan tidak menambah nilai produk yang dihasilkandalam suatu perioda
perencanaan tertentu. Tenaga kerja yang banyak mengakibatkan biaya personalia
berlebihan, fasilitas yang banyak akan mengakibatkan biaya penyusutan yang
berlebihan.
Sumber
daya produksi yang terlalu banyak akan
menciptakan produksi berlebihan, yang dipandang
sebagai “pemborosan terburuk” di Toyota, karena pekerja akan
terus melanjutkan pekerjaan pada saat proses produksi seharusnya dihentikan.
Pemborosan ini akan menyebabkan terciptanya kondisi persediaan WIP atau produk
jadi akan terlalu banyak pula. Persediaan yang terlalu banyak menciptakan
kebutuhan akan tenaga kerja dan perlengkapan yang lebih banyak, serta
lantai yang lebih luas untuk mengangkut dan menyimpan persediaan, dimana
hal ini tentunya hanya akan menambah investasi modal yang tak perlu.
DAFTAR
PUSTAKA
Akinlawon,
Akin, Thingking Of Lean Manufacturing System.
Becker,
Ronald, Lean Manufacturing And The Toyota Production System.
Jahja,
Kristianto, 5R, Productivity & Quality Management Consultants,
Jakarta Pusat, 1995.
Jeffrey
K. Liker, The Toyota Way: 14 Management Principles from theWorld's
Greatest Manufacturer, McGraw-Hill © 2004.
Monden,
Yasuhiro, Sistem Produksi Toyota, Seri Manajemen Operasi No.8,
Edisi Indonesia , Cetakan pertama, PPM, Jakarta, 1995.
Komentar
Posting Komentar