KONSEP 5 S DI DUNIA INDUSTRI
Konsep 5 S

5S
merupakan satu konsep yang telah lama booming dan
diaplikasikan dalam dunia industri, khususnya di Jepang. Pengalaman Jepang
menerapkan konsep tersebut membuat Negara-negara lain di benua Eropa dan
Amerika pun tertarik untuk segera mengadopsinya. Termasuk Indonesia pun tak
kalah ketinggalan, banyak perusahaan-perusahaan kita yang telah mengadopsi
konsep tersebut, bahkan konsep 5S sudah terlalu akrab di telinga para pegawai
negeri sipil di Negara ini, namun baru sebagian diantaranya saja yang telah
memulai menerapkan konsep 5S tersebut di instansi kerjanya masing-masing.
Penerapan
Konsep “5 S” Dalam Dunia Industri
Salah
satu tool yang sangat terkenal dari continuous
improvement adalah 5S, yang merupakan dasar untuk sebuah
perusahaan lean yang efektif. 5S terdiri dari 5 kata dalam
bahasa Jepang yaitu Seiri (Sort), Seiton (Straighten), Seiso (Sweep and
Clean), Seiketsu (Systemize), dan Shitsuke
(Standardize). Konsep yang digarisbawahi dari 5S ini adalah
mencari waste kemudian mencoba untuk menguranginya. Waste dapat
berarti produk yang rusak karena lamanya waktu penyimpanan, space yang
“terbuang” untuk penyimpanan barang, hingga modal berbentuk produk jadi yang
“mengendap” di gudang. Kelima komponen “S” tersebut adalah:
- Seiri (Ringkas)
Konsep
pertama dari 5S adalah seiri, yang berarti ringkas. Menurut Hiroyuki
Hirano (2002:21), seiri adalah memisahkan barang menjadi dua
golongan yaitu barang yang diperlukan dan yang tidak diperlukan. Barang yang
tidak diperlukan harus dipisahkan dari area kerja, dimana mereka merupakan
barang yang tidak/belum/jarang digunakan saat ini. Untuk barang yang masih
meragukan, maka diperlukan penilaian (appraisal) terhadap nilai dari
barang tersebut. Menurut Kristianto Jahja (2000:12), seiri yaitu:
“singkirkan barang-barang yang tidak diperlukan dari tempat kerja”.
Contoh
penerapan seiri pada PT. Sosro (2004:8) adalah:
- membedakan
dan memisahkan barang yang masih digunakan dan yang tidak.menyingkirkan
dan menempatkan barang yang mungkin akan diperlukan di tempat terpisah.
- Seiton
(Rapi)
Seitonberarti
menyimpan barang di tempat yang tepat atau dalam tata letak yang benar,
sehingga dapat dipergunakan dalam keadaan mendadak. Menurut Kristianto Jahja
(2000), seiton berarti menempatkan barang sesuai dengan jenis,
fungsi dan volume penggunaannya.
Tujuan
dari konsep seiton adalah menghilangkan kegiatan yang tidak
perlu, menghilangkan ketidakpastian peletakan barang dan mengurangi resiko
kehilangan atau kesalahan pengambilan. Langkah-langkah menuju konsep seiton adalah
pengelompokan barang, persiapan tempat, pemberian tanda batas antar tempat,
pemberian tanda pengenal atau identifikasi barang dan denah penempatan barang.
Faktor terpenting dalam penerapan seiton adalah bagaimana
merancang sebuah sistem yang nantinya dapat dimengerti oleh setiap orang dengan
mudah dan jelas.
Untuk
wilayah kerja tertentu, peralatan harus diberi tanda dan disusun sesuai
peruntukannya di area tersebut. Hal ini akan mempermudah untuk memindahkan
barang yang tidak memiliki label dari area tersebut. Menyusun segala sesuatu
pada tempatnya akan membuat peralatan mudah dicari dan mudah digunakan.
Contoh
penerapan konsep seiton di PT. Sosro adalah:
- Hindari
kerja yang menghalalkan benda apa saja sebagai alat pengganti (misal; palu
diganti dengan batu, pengganjal mesin dari kayu, membuka botol dengan
botol, dsb.)
- Setiap
barang yang berada di tempat kerja mempunyai tempat yang pasti
- Sedikit
resiko kehilangan barang
- Kemudahan
pengontrolan
- Merapikan
tempat kerja tidaklah sulit, yang sulit adalah menyempatkan diri untuk
melakukannya
- Seiso (Resik)
Seiso menurut
Kristianto Jahja (2004:46) berarti membersihkan segala sesuatu yang ada di
tempat kerja, pada prinsipnya adalah melakukan pemeriksaan secara teratur.
Dapat
diartikan sebagai upaya membersihkan. Area kerja harus terlihat rapi dan bersih
serta siap untuk digunakan oleh shift selanjutnya. Area kerja harus dipelihara
secara teratur (misal; harian/per shift). Setiap peralatan dan perlengkapan
kerja harus berada pada tempat yang benar dan tak ada yang hilang. Area kerja
yang dijaga dengan baik akan membuat lingkungan kerja yang sehat.
Jadi,
pembersihan adalah sesuatu yang memiliki pengaruh besar atas produktivitas,
keamanan, semangat kerja dan setiap aspek operasi lain. Bagian ini memerlukan
perhatian penuh. Gerakan seiso berupaya untuk mencapai kotoran
dan debu nihil serta menghilangkan cacat dan kesalahan kecil sesuai dengan
tujuan dilakukannya pemeriksaan utama.
Contoh
penerapan seiso di PT. Sosro (2004:9) adalah:
- Menyediakan
sarana kebersihan (alat kerja)
- Pembersihan
tempat kerja (melalui budaya kerja bakti)
- Peremajaan
tempat kerja, pelestarian seiso
- Seiketsu (Rawat)
Konsep
utama seiketsu adalah memelihara keadaan area kerja yang
bersih dan rapi dengan mengikuti disiplin 3S yang telah dilaksanakan. Perawatan
yang dimaksudkan disini adalah menjaga konsistensi pelaksanaan disiplin 3S
(seiri, seiton, seiso) agar tetap dapat berjalan dengan baik. Menurut Takashi
Osada, seiketsu adalah “terus-menerus dan secara
berulang-ulang memelihara seiri, seiton, seiso baik secara
personal maupun menyangkut pekerjaan.”
Tujuan
dari seiketsu adalah:
- Terjaganya
lingkungan dalam kondisi tetap baik
- Menjaga
agar alat kerja selalu siap pakai dan menjaga mutu hasil kerja
- Lebih
mudah melatih karyawan baru
Contoh
penerapan seiketsu di PT. Sosro (2004:9) adalah:
- Perancangan
mekanisme pantau yang meliputi; perancangan kode fungsi alat, perancangan
garis tanda batas untuk area penempatan barang, perancangan daftar
periksa.
- Melakukan
pemeriksaan secara berkala, yaitu inspeksi harian dan inspeksi mingguan.
- Shitsuke (Rajin)
Shitsuke merupakan
upaya pembiasaan. Artinya, semua kegiatan 4S diatas tidak mungkin bertahan
lama, bahkan mungkin tidak akan pernah terlaksana, tanpa membuat semua orang
melakukannya berulang-ulang secara benar dan mempertahankan 3S yang
pertama. Shitsuke juga merupakan akuntabilitas manajemen untuk
melatih orang agar mengikuti peraturan perawatan ruangan. Manajemen harus
mengimplementasikan aturan tersebut dan mempraktekkannya, sehingga semua orang
belajar darinya. Manajemen harus berjalan di lantai pabrik, menjelaskan apa
yang mereka mau dari para pekerja, memberi penghargaan terhadap siapa yang
mengikuti dan memberi peringatan kepada mereka yang tidak mengikutinya.
Menurut
Takashi Osada, shitsuke adalah “melakukan sesuatu yang benar
sebagai kebiasaan.” Konsep utama dari shitsuke adalah
melakukan tugas/pekerjaan dengan benar sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Menurut Kristianto Jahja (2006:62), shitsuke berarti “lakukan
apa yang harus dilakukan, dan jangan melakukan apa yang tidak boleh dilakukan.”
Contoh
penerapan shitsuke di PT. Sosro (2004:9) adalah:
- Hargailah
penerapan 5S di area kerja masing-masing
- Ciptakan
iklim/suasana kerja yang memacu pelaksanaan 5S
- Tumbuhkan
kesadaran agar 5S menjadi sikap/budaya kerja positif
- Lakukan
5S sebagai bagian dari pekerjaan sehari-hari
Secara
keseluruhan, 5S berarti perawatan ruang dan pengorganisasian tempat kerja yang
lebih baik. Tool Kaizen seperti 5S tak hanya digunakan untuk
meningkatkan keuntungan perusahaan, namun juga membuat perusahaan dapat
menunjukkan potensi kekuatan dan kemampuan yang sebelumnya tersembunyi(Hirai,
2000 dalam Abdullah, 2003). 5S merupakan budaya tentang bagaimana seorang
memperlakukan tempat kerjanya secara teratur. Bila tempat kerja tertata rapi,
bersih, tertib maka kemudahan bekerja perorangan dapat diciptakan.
Sistem Lean menggunakan
5R untuk mendukung tercapainya sebuah proses yang mengalir lancar sesuai waktu
takt. 5R juga merupakan sebuah alat untuk membantu mengungkapkan masalah dan
bila digunakan secara canggih dapat menjadi bagian dari proses pengendalian
visual dari sebuah sistem Lean yang direncanakan dengan baik (Hirano, 1995).
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,
Fawaz, Lean Manufacturing Tools and Techniques In The Process Industry
With the Focus on Steel, Dissertation, University of Pittsburgh, 2003.
Akinlawon,
Akin, Thingking Of Lean Manufacturing System.
Becker,
Ronald, Lean Manufacturing And The Toyota Production System.
Irianto,
Dradjad, Lean Manufacturing – Materi Diklat Sistem Industri I,
Pusdiklat Industri, Jakarta, 2012.
Jahja, Kristianto, 5R, Productivity & Quality Management Consultants, Jakarta Pusat, 1995.
Osada,
Takashi, Sikap Kerja 5S. Seri Manajemen No:160, Edisi Indonesia,
Cetakan pertama, PPM, Jakarta, 1995.
Komentar
Posting Komentar