Konsep Poka Yoke di Industri
Konsep Poka Yoke di Industri

Poka
Yoke merupakan konsep yang telah lama dikembangkan dalam dunia industri,
khususnya di Jepang. Kemudian, pengalaman Jepang menerapkan konsep tersebut
membuat Negara-negara lain di benua Eropa dan Amerika pun tertarik untuk segera
mengadopsinya. Indonesia pun tak kalah ketinggalan, banyak
perusahaan-perusahaan kita yang telah mengadopsi konsep Poka Yoke tersebut.
Penerapan
Konsep “Poka Yoke” Dalam Dunia Industri
Poka
Yoke berasal dari bahasa Jepang yang artinya Mistake Proofing atau Fail Safing. Jika
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, maka Poka Yoke diartikan sebagai Anti
Salah. Poka diterjemahkan sebagai Kesalahan, dan Yoke (Yokeru) sebagai
mencegah. Maksud dari Poka Yoke adalah mencegah atau menarik perhatian orang
saat kesalahan terjadi.
Prinsip
dari Poka Yoke adalah mencegah terjadinya kesalahan karena sifat manusiawi
yaitu lupa, tidak tahu, dan tidak sengaja. Sehingga kita tidak hanya
menghabiskan energi untuk mengingatkan dan menyalahkan orang untuk mencegah
terulangnya kesalahan, tapi harus fokus pada bagaimana cara untuk
memperbaiki proses sehingga kesalahan sama tidak terulang. Contohnya
adalah operator yang menjalankan proses untuk meng-oven/memanggang produknya
harus pada limit waktu tertentu.
Kesalahan
umumnya terjadi karena operator tersebut lupa waktu dan produk menjadi defect karena
memanggang terlalu lama. Pendekatan poka yoke disini tidak berpusat untuk
memastikan operatornya supaya selalu ingat dan mengecheck waktu, tetapi justru
berfokus pada mempermudah cara kerja operator dengan cara penggunaan timer yang
di-set pada waktu tertentu memberi alarm atau mematikan oven secara otomatis,
sehingga kesalahan terlalu lama memanggang tidak mungkin terjadi.
Prinsip
anti salah ini sangat penting dalam mencapai proses yang menghasilkan kualitas produk konsisten dan
output produk yang konsisten.Contoh paling sederhana dari Poka Yoke adalah
colokan USB flash disk yang memiliki guidepin sehingga orang
tidak mungkin terbalik arah mencoloknya karena sudah ada guide pin yang
MENCEGAH terjadinya mencolok terbalik.
Pada
aplikasi sehari-hari telah banyak terlihat penggunaan konsep poka yoke ini.
Salah satu aplikasi poka yoke yang cukup baru di dunia otomotif adalah pre
crash safety system. Sistem ini memonitor jalanan di depan mobil untuk
melihat adanya halangan yang bisa menyebabkan tabrakan. Sistem pendeteksi mengkombinasikan gelombang radar dengan
kamera infra merah untuk melihat benda di siang dan malam hari sejauh 25 meter
ke depan.Data dibandingkan dengan kecepatan kendaraan untuk memutuskan apakah
ada kemungkinan terjadi tabrakan. CCD camera dipasang di depan kemudi sehingga
memungkinkan untuk memonitor kondisi pengemudi. Saat mesin dinyalakan, sistem
akan mendeteksi mata, hidung, dan mulut dan mengukur jaraknya dan dipakai
sebagai referensi untuk memonitor pergerakan kepala pengemudi saat menoleh ke
kiri dan kanan.
Sistem
telah di test dengan 100 pengendara dengan menempuh 100,000 km. Jika wajah
pengemudi terpantau jelas oleh kamera, maka akan berfungsi secara akurat,
terlepas dari posisi duduk pengemudi, atau meskipun memakai kacamata. Pengembangan
terbaru dari Pre Crash system adalah penggunaan sensor untuk
memonitor pergerakan mata pengemudi. Sistem ini akan mampu mendeteksi apakah
mata pengemudi benar-benar terbuka dan melihat ke jalan. Sangat peka untuk
mendeteksi pergerakan kelopak mata dan memastikan bahwa pengemudi memperhatikan
keadaan jalan di depan, dan system juga akan melihat posisi kepala pengemudi
untuk memastikan. Jika obstacle detection system melihat
kemungkinan terjadi tabrakan, dan akan memberi peringatan kepada pengemudi. Driver
monitoring system akan mendeteksi pengemudi jika tidak memperhatikan
jalan. Jika pengemudi terlambat bereaksi terhadap peringatan lampu dan buzzer,
kendaraan akan segera mencegah terjadinya tabrakan dengan menggunakan rem. Jika
tetap diabaikan oleh pengemudi maka kendaraan akan mengambil alih.
Contoh
lain dari aplikasi poka yoke yang kita temui sehari-hari adalah pada handphone dan simcard, dimana
untuk mempermudah konsumen memasukkan simcard, maka desain body
handphone serta simcard dibuat pas, salah satu sudut simcard pun
sengaja “dipotong” demikian juga dengan body handphone dimana simcard
diletakkan juga sengaja “ditonjolkan” sedemikian sehingga pengguna handphone
akan dengan mudah memasukkan simcard dengan posisi yang benar dan tidak mungkin
terbalik.
Contoh,
mesin-mesin di industri manufaktur masa kini seperti mesin CNC didesain agar
mesin tidak mau beroperasi ketika bahan dan peralatan belum terpasang dengan
benar.
Pada
contoh di atas, kita jumpai jika tanpa poka-yoke, maka peralatan akan sangat
mungkin terpasang dalam posisi A (yang diberi tanda silang), padahal posisi
tersebut merupakan posisi yang salah dan dapat berakibat fatal jika mesin
terpasang dalam posisi A. Hal-hal seperti inilah yang merupakan prinsip
poka-yoke, agar sebisa mungkin dapat mengurangi kesalahan tanpa harus memberi
tahu kepada operator mesin. Jika menggunakan prinsip poka-yoke seperti pada
gambar B, maka operator secara otomatis akan memasang peralatan dalam posisi
yang benar, karena tidak mungkin memasangnya secara terbalik.
Sangat
banyak contoh penerapan poka yoke yang dapat kita jumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Baik yang aplikasinya sederhana, maupun yang lebih
kompleks. Dalam manufaktur, manfaat penggunaan poka yoke akan lebih
terlihat dengan nyata. Betapa besarnya kerugian apabila ditemukan barang atau
produk cacat dalam jumlah yang banyak, konsumen akan komplain dan
menuntut ganti rugi. Part atau produk yang diluar standar
dapat menjadi pemborosan besar yang dapat berpengaruh terhadap produktivitas
perusahaan secara keseluruhan.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah,
Fawaz, Lean Manufacturing Tools and Techniques In The Process Industry
With the Focus on Steel, Dissertation, University of Pittsburgh, 2003.
Akinlawon,
Akin, Thingking Of Lean Manufacturing System.
Becker,
Ronald, Lean Manufacturing And The Toyota Production System.
Irianto,
Dradjad, Lean Manufacturing – Materi Diklat Sistem Industri I,
Pusdiklat Industri, Jakarta, 2012.
Jahja, Kristianto, 5R, Productivity & Quality Management Consultants, Jakarta Pusat, 1995.
Monden,
Yasuhiro, Sistem Produksi Toyota, Seri Manajemen Operasi No.8,
Edisi Indonesia , Cetakan pertama, PPM, Jakarta, 1995.
Osada,
Takashi, Sikap Kerja 5S. Seri Manajemen No:160, Edisi Indonesia,
Cetakan pertama, PPM, Jakarta, 1995.
Komentar
Posting Komentar