Manajemen Proyek
Manajemen Proyek
Dalam
sebuah perusahaan, manajemen proyek diperlukan agar rencana proyek yang sedang
berlangsung dapat berjalan dengan lancar dan selesai sesuai dengan target yang
telah direncanakan. Selain itu, manajemen proyek juga diperlukan untuk
mengelola sumber daya yang ada, termasuk anggaran, perlatan yang digunakan,
hingga anggota perusahaan yang terlibat. Secara tidak langsung, manajemen
proyek merupakan sarana yang sangat baik dalam mengelola berbagai proyek yang
akan atau sedang dijalankan oleh perusahaan. Manajemen proyek dapat diterapkan
dalam berbagai industri dan sektor untuk mengelola proyek-proyek yang beragam,
mulai dari pengembangan perangkat lunak, konstruksi, penelitian, hingga
acara-acara besar.
Lalu,
apa yang dimaksud dengan manajemen proyek?
Pengertian
Manajemen Proyek
Manajemen
proyek adalah disiplin ilmu yang akan mengajarkan Anda untuk mampu mengorganisir,
merencanakan, dan mengerjakan proyek secara sederhana. Melalui manajemen
proyek, Anda akan diajarkan untuk membuat berbagai tools yang
dapat menghemat waktu dan biaya dalam mengerjakan tugas di perusahaan.
Lalu,
apa tujuan dari manajemen proyek?
Tujuan
Manajemen Proyek
Tujuan
dari manajemen proyek adalah memastikan bahwa suatu proyek dapat diselesaikan
dengan efisien dan efektif, mencapai tujuan yang telah ditetapkan, serta
memenuhi kebutuhan dan harapan para pemangku kepentingan atau stakeholders. Beberapa tujuan utama dari manajemen
proyek melibatkan aspek-aspek berikut:
1.
Menentukan Tujuan Proyek
Menjelaskan
dan mendefinisikan dengan jelas tujuan dan hasil yang diharapkan dari proyek.
Ini dapat mencakup pencapaian spesifik, seperti pengembangan produk atau
layanan baru, perubahan sistem, atau pembangunan infrastruktur.
2.
Mengelola Ruang Lingkup
Memahami
dan mengendalikan ruang lingkup proyek untuk memastikan bahwa proyek tetap
fokus pada tujuan utama dan tidak terjadi perubahan yang tidak direncanakan
atau tidak terkendali.
3.
Mengelola Waktu
Menetapkan
jadwal proyek, mengidentifikasi jalur kritis, dan memastikan bahwa proyek
diselesaikan dalam batas waktu yang telah ditetapkan. Manajemen waktu
melibatkan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengendalian waktu.
4.
Mengelola Biaya
Memastikan
bahwa proyek tetap dalam anggaran yang telah ditetapkan. Pengelolaan biaya
melibatkan perencanaan dan pemantauan biaya, pengelolaan sumber daya, serta
identifikasi dan penanganan risiko keuangan.
5.
Mengelola Sumber Daya
Membangun,
mengatur, dan mengelola tim proyek serta sumber daya lainnya, seperti
peralatan, material, dan teknologi. Memastikan bahwa sumber daya digunakan
secara efisien.
6.
Mengelola Risiko
Mengidentifikasi,
mengevaluasi, dan mengelola risiko-risiko yang mungkin timbul selama
pelaksanaan proyek. Hal ini melibatkan perencanaan untuk mengurangi dampak
risiko dan meningkatkan kemungkinan keberhasilan proyek.
7.
Berfokus pada Kualitas
Menjamin
bahwa produk atau layanan yang dihasilkan sesuai dengan standar kualitas yang
telah ditetapkan. Manajemen proyek harus memastikan bahwa kontrol kualitas
diterapkan secara konsisten selama seluruh siklus proyek.
8.
Berinteraksi dengan Stakeholders
Berkomunikasi
secara efektif dengan stakeholders atau semua
pemangku kepentingan, termasuk klien, tim proyek, pemasok, dan pihak lain yang
terlibat. Memastikan bahwa semua pihak terlibat memahami dan setuju dengan
progres dan perubahan proyek.
9.
Menutup Proyek dengan Sukses
Memastikan
bahwa semua tugas dan deliverables proyek diselesaikan dengan baik, evaluasi
proyek dilakukan, dan pelajaran yang dipetik untuk meningkatkan manajemen
proyek di masa mendatang.
Melalui
pencapaian tujuan-tujuan ini, manajemen proyek berkontribusi pada keberhasilan
proyek dan memastikan bahwa proyek tersebut memberikan nilai tambah yang
diinginkan oleh pemangku kepentingan.
Tahapan
Manajemen Proyek
Manajemen
proyek melibatkan sejumlah tahapan atau langkah-langkah untuk merencanakan,
melaksanakan, dan menyelesaikan proyek dengan sukses. Tahapan-tahapan tersebut
dapat bervariasi tergantung pada metodologi manajemen proyek yang digunakan,
namun secara umum, terdapat beberapa tahapan umum yang sering ditemui dalam
manajemen proyek. Berikut adalah tahapan-tahapan tersebut:
1.
Inisiasi (Initiation)
Tahap
inisiasi adalah awal dari proyek di mana ide atau kebutuhan untuk proyek diidentifikasi.
Pada tahap ini, perluasan gagasan dan perencanaan awal proyek terjadi, termasuk
identifikasi pemangku kepentingan utama dan tujuan proyek.
2.
Perencanaan (Planning)
Tahap
perencanaan melibatkan pengembangan rencana proyek yang terperinci, termasuk
penentuan tujuan, ruang lingkup, jadwal waktu, alokasi sumber daya, dan
identifikasi risiko. Ini juga mencakup pengembangan rencana manajemen
komunikasi dan pengelolaan perubahan.
3.
Eksekusi (Execution)
Pada
tahap eksekusi, rencana proyek diimplementasikan. Tim proyek bekerja untuk
menyelesaikan tugas-tugas dan menghasilkan deliverables sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan. Manajer proyek memainkan peran penting dalam
mengkoordinasikan aktivitas dan memastikan penggunaan sumber daya yang efisien.
4.
Pemantauan dan Pengendalian (Monitoring and Controlling)
Pada
tahap ini, kemajuan proyek dipantau secara rutin untuk memastikan bahwa proyek
berjalan sesuai rencana. Pengendalian dilakukan untuk menangani
perubahan-perubahan yang mungkin terjadi dan memastikan bahwa proyek tetap
berada dalam kendali.
5.
Penutupan (Closing)
Setelah
proyek mencapai tujuan utama dan semua kegiatan telah diselesaikan, tahap
penutupan dimulai. Ini melibatkan penyelesaian dan pengiriman deliverables,
evaluasi kinerja proyek, pemenuhan kontrak, dan pembuatan laporan akhir. Tim
proyek juga mengevaluasi pelajaran yang dipetik dari proyek untuk perbaikan di
masa mendatang.
Bagaimana
Cara Menerapkan Manajemen Proyek?
Untuk
dapat menerapkan manajemen proyek, ada dua proses yang perlu Anda kuasai,
yaitu:
1. Process
Group Initiation (IGP)
Dalam
mengerjakkan Process Group Initiation (IGP), terdapat dua proses penting yang
harus Anda lakukan, yaitu membuat Project Charter (PC),
dan mengidentifikasi stakeholder.
Membuat
Project Charter (PC)
Pada
proses pertama, Anda akan diminta untuk membuat dokumen yang berisikan data
proyek dan gambaran dasar perencanaan proyek seperti objektif, tujuan proyek,
ide kasar, waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan proyek, serta stakeholder dan milestone inti.
Dari
dokumen tersebut, Anda dapat melihat urgensi proyek serta bagaimana dampaknya
untuk perusahaan. Jika Anda mengerjakan beberapa proyek dalam waktu bersamaan,
Project Charter akan sangat membantu untuk menentukan proyek mana yang paling
menguntungkan dan perlu dijalankan lebih dahulu.
Karena
itulah Project Charter akan sangat menghemat waktu, tenaga, dan uang
perusahaan, sebab hasil dari PC dapat Anda berikan pada pihak atasan/sponsor
untuk mendapatkan persetujuan. Jika proyek dirasa mendesak, maka dapat segera
dijalankan.
Namun,
jika stakeholder melihat proyek tidak terlalu penting, maka
dapat diberhentikan saat itu juga sehingga Anda tidak perlu membuang tenaga
untuk lanjut ke tahap perencanaan. Di sisi lain, indikator dalam setiap dokumen
PC dapat berbeda tergantung dari skala proyek, kebutuhan, serta jenis industri
tempat Anda bekerja.
Mengidentifikasi Stekholder
Selanjutnya
pada proses mengidentifikasi stakeholder, Anda akan membuat daftar
dari stakeholder atau pihak yang diharapkan dapat bekerja sama
dalam proyek. Untuk mempermudah, Anda dapat membuat dokumen pada Excel
yang berisikan nama stakeholder, jabatan, serta informasi
kontak.
Perlu
diingat, stakeholder tidak hanya mencakup pihak
perusahaan/sponsor, namun juga pihak eksternal. Sebagai contoh, jika proyek
yang Anda kerjakan berkaitan dengan lingkungan dan menimbulkan polusi suara,
maka warga di sekitar proyek juga termasuk dalam stakeholder.
Mengidentifikasi stakeholder dengan
jelas menjadi proses yang tidak boleh Anda lewatkan, karena hal ini akan
membantu Anda mengetahui pihak mana saja yang berkaitan dengan proyek. Proses
ini juga mencegah terlalu banyak pihak ikut campur dalam proyek yang sedang
dijalankan.
2.
Project Planning (PP)
Setelah
proses inisiasi grup selesai, Anda dapat lanjut ke tahap project
planning atau perencanaan. Denis Sazal, seorang Manager PwC Consulting
dan Founder The Career Mastery menjelaskan, proses perencanaan merupakan
lanjutan dari proses inisiasi di mana dokumen-dokumen yang telah Anda buat.
Dalam
proses inisiasi akan dijabarkan lebih rinci melalui dokumen kebutuhan proyek.
Dalam dokumen tersebut, ada beberapa elemen yang diikutsertakan, yaitu definisi
ruang lingkup proyek, WBS (Work Breakdown Structure), biaya, jadwal, dan
kualitas.
Mendefinisikan
Ruang Lingkup Proyek
Pada
tahap mendefinisikan ruang lingkup proyek, Anda harus membuat lembar pernyataan
cakupan proyek yang berisikan latar belakang proyek, goals dari
proyek, Key Performance Individual (KPI) proyek, dan kriteria goals proyek. Untuk
bisa membuat dokumen ini, Anda membutuhkan project charter yang
telah dibuat sebelumnya, sebagai acuan dan batasan dalam menjelaskan lembar
pernyataan cakupan proyek supaya tetap sesuai rancangan awal.
Work Breakdown Structure (WBS)
Kemudian
pada tahap WBS atau Work Breakdown Structure, Anda ditugaskan untuk
membedah setiap proses pengerjaan proyek dalam cakupan yang lebih kecil dan
dijelaskan secara detail.
Jika
proyek yang akan Anda jalankan adalah membangun sebuah gedung rumah sakit, maka
pada tahap WBS Anda bisa membagi tahap pengerjaan gedung menjadi tahap
pembangunan fondasi, pemasangan rangka gedung, memasang bata dan semen, sampai
dengan pemasangan kaca jendela. Jelaskan setiap proses tersebut sampai Anda
dapat memberikan estimasi waktu pengerjaan dan biaya yang dibutuhkan untuk
setiap tahap.
Gantt Chart
Setelah
menyelesaikan proses WBS, Anda dapat lanjut ke pembuatan Gantt Chart.
Pada tahap ini Anda akan menjabarkan setiap tahap dalam WBS ke dalam
tabel timeline untuk menentukan kisaran waktu pengerjaan
setiap tahap. Dengan demikian, Anda akan memiliki acuan tentang deadline setiap
tahapan proyek sehingga dapat terkontrol dengan baik.
Budget Management
Terakhir
pada proses budget management, Sazal mengajarkan tentang bagaimana
membuat rancangan anggaran proyek mulai dari biaya langsung, tidak langsung,
dan biaya tidak terduga. Untuk membuatnya, Anda dapat menuliskan tiap tahap
yang ada pada WBS dan menuliskan jumlah anggaran tiap tahap di kolom
sebelahnya. Dengan begitu, Anda dapat mengetahui secara lebih rinci berapa
biaya yang dibutuhkan untuk mengerjakan setiap tahapan proyek.
Daftar Pustaka
Gray, Clifford F dan Larson, Erik W., 2006,
Manajemen Proyek, Penerbit : Andi, Yokyakarta
Husen, Abrar, 2011, Manajemen Proyek,
Penerbit: Andi Yogyakarta.
Komentar
Posting Komentar