PROSES YANG TIDAK PERLU (WASTE)
PROSES YANG TIDAK PERLU (WASTE)

Tidak setiap proses bisa memberikan nilai tambah bagi produk yang
diproduksi maupun bagi pelanggan. Proses yang tidak memberikan nilai tambah ini
merupakan pemborosan atau proses yang berlebihan. Contohnya; proses inspeksi
yang berulang kali, proses persetujuan yang harus melewati banyak orang, proses
pembersihan, dsb. Semua pelanggan menginginkan produk yang berkualitas, tetapi
yang terpenting adalah bukan proses inspeksi berulang kali yang diperlukan
tetapi bagaimana menjamin Kualitas Produk pada saat pembuatannya. Yang harus
kita lakukan adalah mencari Root Cause (akar
penyebab) dari suatu permasalahan dan mengambil tindakan (counter measure) yang sesuai dengan akar penyebab
tersebut.
Beberapa contoh over processing yang paling mudah
untuk dimengerti adalah reworking (pengerjaan
ulang), karena seharusnya proses tidak perlu diulang apabila telah dilakukan
proses yang benar. Deburring (sisa
produksi), karena produksi seharusnya dapat dilakukan tanpa sisa produksi
apabila dilakukan dengan desain yang tepat dan alat yang lengkap dan tepat
untuk pekerjaan tersebut.Dalam istilah Lean teknik
yang disebut Value Stream Mapping sering
dipergunakan untuk mendeteksi Non
Value-Added Activities yang berada baik dalam proses
produksiperusahaan maupun pada divisi lain dari perusahaan untuk meningkatkan
efektivitas perusahaan.
Aktivitas yang bernilai
tambah adalah segala sesuatu pekerjaan yang merubah suatu produk atau jasa
sesuai dengan keinginan konsumen.Contoh, jika konsumen menginginkan adanya
lubang pada sebuah produk maka aktivitas yang kita lakukan untuk membuat lubang
tersebut merupakan aktivitas bernilai tambah.Namun jika lubang yang dibuat
terlalu kecil dari yang di inginkan konsumen, sehingga kita harus mengebor
ulang untuk memperbesar ukuran lubang tersebut, maka mengebor ulang tersebut
merupakan aktivitas yang tidak bernilai tambah dan hal ini termasuk over processing. Jika kita cermati, ada
perbedaan antara over processing dengan
cacat, dimana cacat merupakan aktivitas yang tidak sesuai harapan konsumen pada
pembuatan yang pertama kali. Hal ini memerlukan aktivitas tambahan, dimana
produsen memerlukan biaya dan waktu tambahan, sementara konsumen sudah tidak
mau lagi membayar aktivitas tersebut.
Dari contoh diatas,
aktivitas yang bernilai tambah memerlukan 1 kali pengerjaan dan 1 buah mata bor
untuk membuat lubang.Sedangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah memerlukan
2 kali pengerjaan (waktu lebih lama), 2 mata bor, ditambah lagi dengan adanya
komplain dari customer.Setiap aktivitas yang tidak bernilai tambah tetap masuk
dalam biaya produksi, sehingga biaya produksi menjadi lebih tinggi dari yang
seharusnya, dan itu adalah pemborosan. Walaupun tentu ada juga sedikit
aktivitas yang sebenarnya tidak bernilai tambah, namun tetap
diperlukan.Biasanya aktivitas tersebut dilakukan atas permintaan customer secara spesifik atau
aktivitas yang memang sudah tidak bisa ditekan untuk lebih ekonomis lagi.
Pemborosan jenis ini dapat
terjadi karena penggunaan teknologi yang tidak tepat atau adanya rancangan
produk yang kurang baik. Pemborosan pada banyak kasus umumnya diakibatkan
karena kegagalan dalam melakukan sinkronisasi proses. Operator seringkali
melakukan pekerjaan pada bidang tertentu lebih teliti dari yang
diisyaratkan.Proses yang berlebihan dapat terjadi saat pengerjaan sebuah produk
melebihiapa yang diinginkan pelanggan, termasuk di dalamnya penggunaan alat
yang lebih presisi dan lebih canggih dari apa yang dibutuhkan.
Over processing juga
memiliki arti melakukan pekerjaan yang sebenarnya tidak diperlukan atau tidak
dipersyaratkan oleh customer.
Misalnya memoles permukaan suatu produk yang tidak terlihat, atau menentukan
toleransi reject (maupun defect) yang terlalu ketat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Fawaz, Lean Manufacturing Tools and Techniques In The
Process Industry With the Focus on Steel, Dissertation, University of
Pittsburgh, 2003.
Akinlawon, Akin, Thingking Of
Lean Manufacturing System.
Becker, Ronald, Lean
Manufacturing And The Toyota Production System.
Jahja, Kristianto, 5R,
Productivity & Quality Management Consultants, Jakarta Pusat, 1995.
Jeffrey K. Liker, The Toyota Way: 14 Management Principles from
theWorld's Greatest Manufacturer, McGraw-Hill © 2004.
Monden, Yasuhiro, Sistem
Produksi Toyota, Seri Manajemen Operasi No.8, Edisi Indonesia ,
Cetakan pertama, PPM, Jakarta, 1995.
Komentar
Posting Komentar